Tuesday 28 May 2013

SISTEM KOLOID

Standar Kompetensi: Menjelaskan sistem dari sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar: Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan - bahan yang ada di sekitar.

Judul Praktikum: "PEMBUATAN KOLOID"

I. Tujuan: Membedakan serta memahami pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi.

II. Teori:
Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokan (agrerasi) partikel sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi.

1. Cara Kondensasi: Yaitu partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi - reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.

2. Cara Dispersi: Yaiutu partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig).

III. Alat dan Bahan:
A. Alat
  •  Lumpang
  • Gelas Kimia
  • Tabung reaksi dan Rak
  • Pembakar spirtus
  • Pengaduk kaca
  • Kaki tiga dan Kasa kawat
  • Gelas ukur
  • Labu erlenmeyer
  • Pipet tetes
  • Neraca
B. Bahan
  • Gula Pasir
  • Serbuk Belerang
  • Agar - agar
  • Minyak Tanah
  • Larutan FeCL3 jenuh
  • Larutan sabun
  • Aquadest
IV. Cara Kerja:
Percobaan A: Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
A. Sol Belerang dalam Air
  1.  Campurkan 1 bagian gula dengan 1 bagian belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang sampai halus.
  2. Ambil 1 bagian campuran san campurkan dengan 1 bagian gula, lalu gerus sampai halus.
  3. Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran keempat dan tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi 50ml air.
  4. Kemudian aduk campurannya dan amati hasilnya.
B. Sol Agar-agar dalam air
  1. Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25ml air mendidih.
  2. Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut Peptisasi.
Percobaan B: Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi
  1. Panaskan 50ml air dalam gelas kimia 100ml sampai mendidih.
  2. Tambahkan larutan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan menjadi merah coklat. Amati hasilnya.
Percobaan C: Pembuatan Emulsi
  1. Masukkan 1ml minyak tanah dan 5ml air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlebih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung reaksi di rak.
  2. Masukkan 1 ml minyak tanah, 5ml air dan 15 tetes larutan sabun ke dalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung tersebut.
Percobaan D: Koagulasi
  1. Tuangkan 50ml susu kedalam gelas kimia.
  2. Tambahkan 10ml asam asetat/asam cuka.
  3. Amati apa yang terjadi!


V. Hasil Pengamatan:


Percobaan
Kegiatan Pembuatan
Hasil
A
a.       Sol Belerang (Dispersi)
Warnanya keruh, terbentuk endapan, gula dan belerang terpisah.

b.      Sol Agar – agar (Dispersi)
Terdapat endapan
B
Sol Fe(OH)3 (Kondensasi)
Air dan FeCl3 tercampur, warnanya menjadi merah kecoklatan
C
a.       Campuran Air dan Minyak Tanah
Tidak menyatu

b.      Campuran minyak tanah, air dan sabun
Air dan Minyak tercampur, warnanya keruh, terdapat busa
D
Campuran susu dengan asam cuka
Terdapat endapan


VI. Pertanyaan:
  1. Jelaskan perbedaan pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi!
  2. Apa fungsi gula dalam pembuatan belerang?
  3. Apa yang terjadi pada saat larutan FeCl3 jenuh diteteskan ke dalam air mendidih? Tuliskan reaksi kimianya!
......Jawab:
  1. Cara Dispersi dari partikel besar ke partikel kecil (Suspensi ke Koloid). Sedangkan Cara Kondensasi dari partikel kecil ke partikel besar (Larutan ke Koloid).
  2. Fungsinya sebagai zat yang membantu belerang membentuk koloid dalam air. karena sifat gula yang akan membuat larutan di dalam air.
  3. Air dan FeCl3 tercampur, warna air berubah menjadi merah kecoklatan. FeCl3 +3H2O --> Fe(OH)3 + 3HCl.
VII. Kesimpulan:
Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
  • Cara dispersi, dari partikel besar ke partikel kecil (suspensi ke koloid). Contohnya sol belerang dan sol agar - agar.
  • Cara Kondensasi, dari pertikel kecil ke partikel besar, biasanya larutan (larutan ke koloid). Contohnya sol FeCl3.
Anggota Kelompok:
  • Ahmad Mujahid
  • Atika Sari
  • Desi Nugraheni
  • Dina Purnamasari
  • XI IPA 1

Sunday 12 May 2013

Titrasi Asam Basa

Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya.
Kompetensi Dasar  : Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dan hasil titrasi asam basa. 

I. Tujuan
    A). Menentukan konsentrasi HCl dan larutan NaOH
    B). Menentukan kadar asam asetat dalam cuka dapur dengan titrasi asam basa

II. Teori
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrrasi zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan indikator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan tandar, sedangkan indikator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.

Berdasarkan pengertian titrasi, maka titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter(titrant) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat penitel(titrant) suatu larutan asam, dengan reaksi umum yang terjadi:

Asam + Basa ---> Garam + Air

Reaksi penetralan ini terjadi pada proses titrasi. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahan warna dari indikator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Dengan demikian, pada keadaan tersebut (titik ekuivalen) berlaku hubungan:

Va.Ma.a = Vb.Mb.b
Va=Volum asam(L)
Ma=Molaritas asam
Vb=Volum basa(L)
Mb=Molaritas basa
a=Valensi asam
b=Valensi basa

Pada percobaan ini, akan ditentukan konsentrasi HCl dalam Molar dengan menggunakan larutan NaOH dan indikator fenolftalein.
Percobaan A
Titrasi Asam kuat dengan Basa Kuat
Titrasi larutan HCl 0,1 M oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi: HCl + NaOH -> NaCl + H2O

Percobaan B
Penentuan kadar asam asetat dalam cuka dapur
Titrasi larutan CH3COOH oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi: CH3COOH + NaOH -> CH3COONa + H2O
Reaksi ion bersih: H3COOH + OH- -> H2O + CH3COO-

Dalam titrasi ini dipilih indikator PP(fenolftalein). Pemilihan indikator tergantung pada titik setara(ekuivalen) dan titik akhir titrasi. Indikator PP mempunyai selang pH= 8,3 - 10,0. Pada kondisi asam (pH<7), indikator PP tidak memberi perubahan warna, sedang pada kondisi basa(pH>7) indikator PP memberi warna merah muda.

III. Alat dan Bahan
- Labu erlenmayer 125 ml
- pipet volumetrik 10 ml
- Buret
- Labu ukur
- Statif dan Klem
- Corong kecil
- Botol semprot
- Pipet tetes
- Gelas kimia 100 ml
- Larutan HCl 0,1 M
- Larutan asam cuka
- Larutan NaOH 0,1 M
- Indikator PP (fenolftein)

IV.Cara Kerja
Percobaan A: Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
  1. Ambillah sebanyak  10  ml  larutan HCl M dengan ppet volumetrik lalu pindahkan ke dalam labu erlenmayer 125 ml
  2. Tambahkan sebanyak 5 tetes indikator PP ke dalam labu erlenmayer tersebut
  3. Siapkan buret, statif dan klem
  4. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M tepat ke garis nol
  5. Buka kran buret secara perlahan sehingga NaOH tepat mengalir ke dalam labu erlenmayer
  6. Lakukan titrasi sehingga didapatkan titik akhir titrasi (pink muda). Selama penambahan NaOH goyangkan labu erlenmayer agar NaOH merata ke seluruh larutan Amati perubahan warna yang terjadi. Catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi.
  7. Ulangi langkah 1 dan 6, sehingga di dapatkan dua data titrasi
Percobaan B : Titrasi Asam cuka  dengan Basa Kuat
  1. Ambillah 10 ml larutan asam cuka dengan pipet volumetric lalu pindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, tambahkan air hingga tanda batas
  2. Pipet sebanyak 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmayer 125 ml, tambahkan 5 tetes larutan indicator PP
  3. Lakukan titrasi sehingga di dapatkan titik akhir titrasi. Catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
  4. Ulangi langkah 2 dan 3, hingga diperoleh dua data titrasi
V. Hasil Pengamatan
1. Volume titik akhir titrasi asam kuat- basa kuat
No. Volume HCL Volume NaOH
1.
10 ml
8 ml
2.
10 ml
6,6 ml
2. Volume titik akhir titrasi asam cuka – basa kuat
No. Volume asam cuka Volume NaOH
1.
10 ml
 1,5 ml
2.
10 ml
 1,4 ml
VI. PERTANYAAN
  1. Bagaimana perbedaan titrasi A dan B ditinjau dari pH titik ekivalennya?
  2. Hitunglah konsentrasi larutan HCl dengan data percobaan A
  3. Hitunglah konsentrasi larutan Cuka dengan data percobaan B
  4. Mengapa pada setiap titrasi asam basa diperlukan indikator?
  5. Buatlah  sketsa grafik pH larutan terhadap volum larutan NaOH
VII. KESIMPULAN :
Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Dalam titrasi suatu larutan dibutuhkan indikator yang tepat, hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui titik akhir titrasi. Pada percobaan di atas indikator yang digunakan adalah PP (fenolftalein) karena memiliki rentang pH 8,3-10,0.

Memperkirakan pH Suatu Larutan


Standar Kompetensi : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan penerapannya.

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan teori – teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan.

Teori :
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa dapat dilakukan dengan menggunakan indicator kertas lakmus. Namun, apabila ingin mengetahui berapa pH suatu larutan diperlukan indicator universal atau pH meter. Ada juga cara lain, yaitu dengan menguji larutan terebut dengan beberapa larutan tersebut dengan beberapa indicator yang telah diketahui trayek pH nya seperti pada tabel .trayek pH dan perubahan warna beberapa larutan indicator.
No.
Indikator
Perubahan Warna
Trayek pH
1.
Metil Jingga
Merah – Kuning
2,9 – 4,0
2.
Metil Merah
Merah – Kuning
4,2 – 6,3
3.
Bromtimol Biru
Kuning – Biru
6,0 – 7,6
4.
Fenolftalein
Tak berwarna – Merah
8,3 – 10,0
5.
Lakmus
Merah – biru
5,5 – 8,0

Indikator asam dan basa adalah zat yang dapat memberikan warna yang berbeda pada larutan asam dan basa. Melalui perbedaan warna tersebut akhirnya dapat diperkirakan kisaran pH suatu larutan. Trayek perubahan warna adalah batasan pH dimana terjadi perubahan warna indikator. Salah satu indikator yang umum digunakan dalam pengujian larutan asam dan basa adalah kertas lakmus. Kertas lakmus terdiri dari 2 warna yaitu lakmus biru dan lakmus merah. Jika larutan bersifat asam, maka kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah, sedangkan kertas lakmus merah tidak akan berubah warna (tetap berwarna merah). Jika suatu larutan bersifat basa, maka kertas lakmus biru tidak akan berubah warna (tetap biru) sedangkan kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru. Namun jika tidak terjadi perubahan warna kertas lakmus (lakmus biru tetap biru dan lakmus merah tetap merah) maka larutan tersebut bersifat netral.
Tujuan : Memperkirakan pH beberapa larutan dengan menggunakan kertas lakmus dan beberapa  larutan indicator asam basa.

Alat dan Bahan :
1.    Tabung Reaksi
2.    Pipet Tetes
3.    Rak Tabung
4.    Larutan A, B, C
5.    Air sumur
6.    Air sungai
7.    Air Cucian Beras
8.    Air Sabun
9.    Air Kelapa
10.  Air Teh
11.  Larutan Indikator Asam Basa : MM, MJ, BTB dan PP

Cara Kerja:
1.    Masing – masing larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1/4 tabung.
2.    Sifat larutan diuji dengan kertas lakmus merah dan biru, kemudian perubahan warna yang terjadi dicatat.
3.    Larutan A dimasukkan ke dalam empat buah tabung reaksi sebanyak 1/4 tabung.
4.    Larutan indicator Metil Merah diteteskan dengan menggunakan pipet tetes pada tabung 1, Metil Jingga pada tabung 2, Bromo Timol Biru pada tabung 3 dan Fenol Ftalein pada tabung 4.
5.    Perubahan warna yang terjadi diamati.
6.    Hal yang sama (langkah 3 – 5) dilakukan pada larutan yang lain.

Hasil Pengamatan :
1.    Pengujian dengan kertas lakmus.

No.
Larutan
Perubahan Warna
Perkiraan pH
Lakmus Merah
Lakmus Biru
1.
A
Biru
Biru
≥ 8,0
2.
B
Merah
Biru
5,5 – 8,0
3.
C
Merah
Merah
≤ 5,5
4.
Air Sumur
Merah
Biru
5,5 – 8,0
5.
Air Sungai
Merah
Biru
5,5 – 8,0
6.
Air Sabun
Merah
Biru
5,5 – 8,0
7.
Air Teh
Merah
Biru
5,5 – 8,0
8.
Air Cucian Beras
Merah
Biru
5,5 – 8,0
9.
Air Kelapa
Merah
Merah
≤ 5,5

2. Pengujian dengan larutan indikator
No.
Larutan
Perubahan Warna
Perkiraan pH
MM
MJ
BTB
PP
1.
A
Kuning
Jingga
Biru
Ungu
≥ 10,0
2.
B
Merah
Merah
Kuning
Tidak berwarna
≤ 2,9
3.
C
Merah
Merah
Pink
Tidak berwarna
≤ 2,9
4.
Air Sumur
Jingga
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
5.
Air Sungai
Kuning
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
6.
Air Sabun
Jingga
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
7.
Air Teh
Jingga
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
8.
Air Cucian Beras
Kuning
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
9.
Air Kelapa
Merah
Jingga
Kuning
Tidak berwarna
2,9 – 4,0

Pembahasan:
1.    Sebutkan larutan apa saja yang bersifat asam, basa dan netral!
Asam    : Larutan C dan larutan air kelapa.
Basa     : Larutan A.
Netral   : Larutan B, larutan air sungai, larutan air sumur, larutan air PAM, larutan  air the dan larutan air cucian beras.
2.    Bagaimanakah nilai pH untuk larutan yang bersifat asam, basa dan netral!
Asam: < 7 (1-6) dimana semakin ke kiri maka semakin asam.
Basa     : > 7 (8-14) dimana semakin ke kanan maka semakin basa.
Netral   : 7 
Kesimpulan :
Jika kita menguji pH suatu larutan menggunakan larutan indicator, kita dapat menentukan besar pH larutan tersebut lebih jelas. Dibandingkan jika kita menggunakan kertas lakmus, karena kita hanya bisa menentukan jenis larutan tersebut(asam, basa, netral).